Harga Gula Pasir
Meskipun telah dilaksanakan program Operasi Pasar (OP) gula pasir di sejumlah daerah, belum mampu meredam tingginya harga gula pasir di pasar domestik yang terus merambat naik. Kenaikan harga gula semakin tidak terkendali di sejumlah daerah dengan kenaikan bisa mencapai hingga 50%.
Beralihnya para pelaku industri makanan dan minuman ke gula pasir putih menyebabkan peningkatan permintaan terhadap gula pasir, dan ini disinyalir sebagai penyebab utama kenaikan harga gula pasir di pasar domestik. Para pelaku industri beralih menggunakan gula pasir putih karena tingginya harga gula rafinasi yang biasa digunakan oleh industri makanan dan minuman. Tingginya harga gula rafinasi tersebut akibat tersendatnya pasokan untuk Indonesia karena kenaikan harga gula di pasar internasional. Disamping itu, terjadinya krisis gula pasir di tanah air bertepatan pula dengan bulan Ramadhan, dimana kebutuhan akan komoditi ini naik hingga tiga kali lipat dibanding bulan biasa. Situasi ini semakin mendorong kenaikan harga gula pasir.
Kenaikan harga gula akan terulang kembali di masa mendatang jika kenaikan harga gula yang terjadi pada saat ini hanya diatasi dengan mengambil langkah-langkah solusi jangka pendek dan responsif. Untuk mengantisipasi kenaikan gula dimasa mendatang, sejumlah kalangan menyarankan hendaknya instansi terkait dan pelaku industri melihat lebih jauh ke depan dan menyusun perencanaan jangka panjang yang lebih sinergis. Misalnya dengan memproduksi gula cair untuk diserap oleh industri makanan dan minuman yang biaya produksinya relatif lebih rendah dibandingkan gula kristal, serta membenahi pengembangan agroindustri gula merah (palm sugar, brown sugar).
Sementara itu, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengusulkan agar pemerintah membuat pasar yang lebih dinamis yang melibatkan Bulog, dengan membuka kran impor atau membolehkan gula rafinasi masuk pasar dengan tujuan menyeimbangkan pasokan dan permintaan serta mengubah struktur menjadi lebih kompetitif. Namun, usul KPPU tersebut ditentang oleh Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia karena dianggap akan mengganggu penjualan gula lokal.
Untuk mencegah atau mengantisipasi kenaikan harga gula yang signifikat dimasa mendatang, instansi terkait perlu bekerja lebih keras lagi untuk mengatasinya dan mencegah terjadinya praktik spekulasi dan manipulasi yang memberatkan kehidupan rakyat miskin. Intervensi pemerintah sangat diperlukan untuk mempersempit ruang gerak para spekulan bahan pokok di tengah kebutuhan yang melonjak selama bulan puasa dan menjelang hari raya Idul Fitri. Kebijakan operasi pasar yang dilakukan pemerintah, perlu dipantau secara rutin hingga di tingkat lapangan untuk memastikan yang menikmati keringanan harga gula di pasaran adalah benar-benar masyarakat umum, bukan spekulan.
Grafik Kenaikan Harga Gula
Penjelasan diatas merupakan uraian resmi dari Sekretaris Negara Republik Indonesia pada pertengahan tahun 2009. Berikut adalah laporan dari Wartawan Tribun Manado, Susanthy Otodu, pada tanggal 18 Juli 2010.
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Harga gula pasir melonjak terlalu tajam. Si manis, hanya dalam sepekan, naik dari Rp 9.000 per kilogram menjadi Rp 11.000 per kilogram. Di Manado, harga bahan kebutuhan pokok lainnya juga melonjak jelang masa puasa Ramadhan. Kenaikan harga diduga akibat menipisnya pasokan, di antaranya akibat penyegelan terhadap gudang gula rafinasi oleh kepolisian.
"Pemerintah harus membuat kebijakan agar harga gula kembali stabil. Jangan biarkan mengalami kenaikan terus menerus, sebab bisa berdampak luas pada masyarakat," kata Engelin, seorang konsumen di Manado, Sabtu (17/7/2010).
Ditemui ketika akan berbelanja di Pasar Pinasungkulan, Karombasan, Manado, ibu tiga anak itu mengeluhkan harga gula sudah naik Rp 2.000 hanya dalam waktu sepekan terakhir, dari Rp 9.000 menjadi Rp 11.000.
Selain itu, kenaikan harga gula yang demikian tinggi membuat pusing para petani cengkih yang sedang melaksanakan panen raya. Pasalnya, biaya bertambah menyusul kenaikan harga gula. Padahal, setiap sore menggunakan gula untuk menjamu minum para buruh petik sehabis bekerja seharian.
"Harga gula mahal semakin memberatkan, mengingat kebutuhan gula diperkirakan meningkat terus selama panen berlangsung hingga September 2010 nanti," kata Olga Korengkeng, warga Kecamatan Tombulu, Minahasa.
Porlan, pedagang kebutuhan bahan pokok di Pasar Bersehati, Manado, mengatakan, hampir semua kebutuhan bahan pokok mengalami kenaikan harga, namun gula pasir yang paling tinggi. "Semua bahan pokok dan rempah-rempah naik berkisar 15 persen, tetapi untuk gula pasir, naik sampai 35 persen," keluhnya.
Sejumlah warga menganggap kenaikan harga gula pasir tidak wajar. "Kenaikannya sudah tidak wajar lagi. Apalagi umat muslim sebentar lagi akan berpuasa," keluh Maryam, seorang penjual kue.
Maryam mengeluh lantaran mahalnya harga gula menggerus keuntungannya. "Keuntungan saya dari menjual kue cuma sedikit, gula naik otomatis keuntungan pun berkurang. Tetapi saya belum bisa menaikkan harga kue, takutnya nanti tidak laku. Untuk sementara bertahan dulu dengan harga seribu, yang penting lancar," ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Sanny Parengkuan, mengaku cukup dibuat pusing oleh pergerakan harga gula yang sangat cepat. "Penyebab gula naik karena harga internasional naik, tetapi juga dampak stok gula di Sulut yang terus menipis," kata Sanny.
Saat ini, kata dia, hanya gula kristal impor yang diizinkan beredar di Manado, sementara gula rafinasi masih belum diperkenankan. Lantaran stok menipis, maka berdampak pada harga di pasaran terus melambung.
"Pemerintah daerah sudah minta bantuan Kementerian Perdagangan supaya ada kebijakan khusus gula di Sulut, dalam upaya menjamin ketersediaan di masyarakat," kata Sanny.
Sebelumnya, Sanny membenarkan bahwa kenaikan gula juga disebabkan penyegelan sekitar 10 gudang berisi gula rafinasi di Sulut oleh aparat keamanan. Ini menyebabkan stok gula di pasaran Manado terus menipis.
"Memang benar gula rafinasi saat ini disegel oleh aparat petugas kepolisian. Tetapi kita tidak bisa menyalahkan, karena itu sudah menjadi prosedur aparat kepolisian. Selain itu, kenaikan disebabkan karena akhir-akhir ini di daerah penghasil gula cuacanya selalu hujan," terangnya, beberapa waktu lalu.
Parengkuan menjamin, ke depan sampai dengan akhir tahun, tidak akan terjadi krisis gula. "Saya menjamin gula akan tetap terus ada dan masyarakat tidak perlu khawatir, karena stok gula banyak. Saat ini pemerintah sedang mengupayakan ke pusat untuk menstabilkan harga. Dalam menghadapi puasa ke depan, pemerintah akan memberikan toleransi penurunan harga sebesar 15 persen," katanya.
Janny Rembet, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sulut mengatakan, kebutuhan masyarakat Sulut selama tahun ini hanya dipenuhi dari gula rafinasi dan gula impor. "Gula lokal tidak sampai ke Sulut. Guna memenuhi kebutuhan masyarakat, maka gula rafinasi dan gula impor menjadi pilihan. Tetapi karena gula impor dipasok hanya 2.500 ton maka rafinasi jadi alternatif," jelas Janny.
Adanya perayaan keagamaan di berbagai daerah di Sulut baru-baru ini, disusul pesta demokrasi pemilihan kepala daerah, juga berdampak meningkatnya konsumsi kebutuhan bahan pokok. "Konsumsi gula masyarakat Sulut berkisar 3.000 hingga 5.000 ton, sementara stok tersedia bulan ini tidak sampai 1.000 ton, jadi kalau tidak ada solusi, akan terjadi kelangkaan gula. Kami telah menyuarakan ke pusat melalui Gubernur Sulut untuk meminta kelonggaran agar harga turun," tambah Janny.
Analisa :
Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh wartawan Tribun Manado, dapat disimpulkan bahwa harga gula naik disebabkan oleh permintaan akan gula terus meningkat terutama pada masa-masa panen cengkeh di Manado namun persediaan gula menipis diantaranya akibat penyegelan gudang gula rafinasi oleh pihak kepolisian. Kenaikan harga tidak hanya terjadi pada gula, pada bahan pokok lainnya juga mengalami peningkatan namun tidak sebesar peningkatan harga gula. Harga gula dipasar Manado meningkat hingga 35%. Peningkatan tersebut terjadi sebelum bulan puasa, hal ini sangat mengkhawatirkan masyarakat karena pada bulan puasa pasti permintaan akan gula lebih meningkat. Jika persediaan gula di Manado terus menipis dan pemerintah tidak bergerak cepat, mungkin saja peningkatan harga gula bisa mencapai 40 sampai 45 persen. Jika hal ini sampai terjadi maka akan semakin menyengsarakan masyarakat terutama masyarakat Manado. Tindakan yang sebaiknya segera dilakukan pemerintah adalah menambah pasokan gula di Manado khususnya, melakukan operasi pasar, dan menindak secara tegas pihak-pihak yang mencari keuntungan ditengah situasi tersebut seperti penimbunan gula secara besar-besaran. Gambaran hal ini dapat diperlihatkan dalam bentuk kurva permintaan dan penawaran berikut ini :
Kurva Permintaan dan Penawaran
Grafik tersebut menjelaskan bahwa peningkatan permintaan yang ditandai dengan D1 namun tidak diimbangi dengan peningkatan persediaan yang ditandai dengan S1. Hal ini menyebabkan harga gula meningkat.
Sumber:
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3983&Itemid=29
http://www.tribunnews.com/2010/07/18/harga-gula-pasir-ikutan-menggila