Jumat, 11 Juni 2010

Kabupaten Blora

Kabupaten Blora, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Blora, sekitar 127 km sebelah timur Semarang. Berada di bagian timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur.

Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati di utara, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro (Jawa Timur) di sebelah timur, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di selatan, serta Kabupaten Grobogan di barat.

Blok Cepu, daerah penghasil minyak bumi paling utama di Pulau Jawa, terdapat di bagian timur Kabupaten Blora.


Geografi

Wilayah Kabupaten Blora terdiri atas dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian 20-280 meter dpl. Bagian utara merupakan kawasan perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian selatan juga berupa perbukitan kapur yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng, yang membentang dari timur Semarang hingga Lamongan (Jawa Timur). Ibukota kabupaten Blora sendiri terletak di cekungan Pegunungan Kapur Utara.

Separuh dari wilayah Kabupaten Blora merupakan kawasan hutan, terutama di bagian utara, timur, dan selatan. Dataran rendah di bagian tengah umumnya merupakan areal persawahan.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Blora merupakan daerah krisis air (baik untuk air minum maupun untuk irigasi) pada musim kemarau, terutama di daerah pegunungan kapur. Sementara pada musim penghujan, rawan banjir longsor di sejumlah kawasan.

Kali Lusi merupakan sungai terbesar di Kabupaten Blora, bermata air di Pegunungan Kapur Utara (Rembang), mengalir ke arah barat melintasi kota Purwodadi yang akhirnya bergabung dengan Kali Serang.


Potensi Alam Kabupaten Blora

Seperti yang telah kita ketahui, walaupun dihadang kendala berupa masalah pengairan yang sangat terbatas dan sulit terutama pada musim kemarau, dengan sistem pengairan tadah hujan maka musim tanam padi dilaksanakan sebanyak 1 sampai 2 kali dalam satu tahun, kemudian sambil menanti musim penghujan berikutnya ditanami dengan tanaman palawija seperti jagung dan kacang-kacangan atau holtikultura misalnya bawang dan cabe. Pada tahun 2000-2004 tercatat produksi padi masing-masing sebanyak 388.054 ton; 370.128 ton; 347.821 ton; 311.813 ton dan 337227 ton. Selain itu produksi jagung pada tahun 2000-2004 tercatat sebanyak masing-masing 176.674 ton; 188.667 ton; 122.015 ton; 208.383 ton dan 354.251 ton yang diperoleh dari panenan seluas 65.349 ha.


Selain tanaman bahan makanan, dengan maksud untuk menambah penghasilan, maka sebagian besar petani juga sekaligus melakukan usaha pada subsektor peternakan dan subsektor kehutanan terutama pemeliharaan ternak sapi potong dan pemeliharaan tanaman kehutanan seperti jati, sengon dan bambu.

Populasi ternak dari tahun ke tahun yang tercatat di wilayah ini menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan. Pada tahun 2000-2004 tercatat sebanyak 188.620 ekor; 196.240 ekor; 202.567 ekor; 209.089 ekor dan 215.912 ekor. Dengan jumlah populasi ternak sapi yang sangat besar tersebut menjadikan Kabupaten Blora menjadi salah satu pemasok utama daging sapi Jawa Tengah.

Subsektor kehutanan adalah salah satu potensi besar yang dimiliki Kabupaten Blora. Bagaimana tidak, hampir separuh luas wilayah kabupaten ini merupakan kawasan hutan dengan tanaman utamanya adalah jati. Kemudian dari 182.058,797 ha lahan yang ada, sebanyak 90.416,520 ha atau 49,66 persen merupakan hutan yang terdiri atas hutan yang dikuasai oleh rakyat seluas 1,005 ha dan hutan negara seluas 89.411,52 ha. Mengingat luasnya hutan negara yang harus dikelola di wilayah ini sedemikian sehingga pemerintah memandang perlu untuk menetapkan 6 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) sebagai pengelola. Oleh karena pengelolaan dari subsektor kehutanan ini masih dilaksanakan dan dikuasai oleh pemerintah pusat maka manfaatnya bagi pemerintah kabupaten dan masyarakat setempat masih belum maksimal.

Potensi alam lain di Kabupaten Blora adalah sektor pertambangan dan penggalian. Sama halnya dengan subsektor kehutanan, kekayaan alam berupa adanya sumber minyak dan gas bumi di Kabupaten Blora sampai saat ini dikelola oleh PT Pertamina. Sementara itu dari subsektor penggalian rakyat yang berpotensi adalah hasil kapur, batu gunung dan tanah liat yang terkandung merata di seluruh wilayah bumi Kabupaten Blora. Aliran Sungai Bengawan Solo juga membawa berkah bagi pengembangan ekonomi wilayah usaha dengan terbukanya peluang dari usaha penggalian pasir yang setiap waktu selalu dibutuhkan oleh sektor kontruksi dengan hasil pasir pasangnya.


Profil Sosial

A. Pendidikan

Penduduk yang bersekolah secara umum mengalami fluktuasi selama 3 tahun ajaran terakhir. Banyaknya Murid di tingkat sekolah dasar jumlah murid mengalami penurunan sebesar 1,55 persen, sekolah menengah tingkat pertama turun 1,09 persen dan sekolah menengah tingkat atas naik sebesar 0,25 persen. Kenaikan jumlah penduduk yang bersekolah harus diimbangi dengan jumlah guru yang memadai. Pada tahun yang sama jumlah guru sekolah dasar naik sebesar 1,73 persen, sekolah menengah tingkat pertama naik 0,88 persen sedangkan sekolah menengah tingkat atas turun 1,01 persen. Data dari Depatemen Agama menyebutkan jumlah murid dan guru pada Madrasah mengalami kenaikan, sedangkan jumlah gurunya mengalami kenaikan. Banyaknya perguruan tinggi di Kabupaten Blora tercatat sebanyak 6 buah. Jumlah mahasiswa sebesar 2.247 orang dengan didukung 317 dosen. Untuk tahun ini ada sebanyak 1.029 mahasiswa yang telah diluluskan.


B. Sosial

Untuk tahun 2002 jumlah keluarga miskin yang mendapat bantuan sosial ada 54 kepala keluarga dengan besar bantuan 16,2 juta rupiah bersumber dari APBD II. Kebakaran merupakan salah satu masalah sosial. Bahaya yang ditimbulkan harus selalu diwaspadai. Pada tahun 2002 ini, di Kabupaten Blora tercatat 69 kali kejadian kebakaran yang menelan kerugian sebesar 4.490 juta rupiah dan 66 buah rumah habis terbakar.


C. Kesehatan / Kebersihan

Sarana Kesehatan sangat diperlukan sebagai upaya dalam peningkatan pelayanan masyarakat agar tetap sehat. Rumah sakit di Kabupaten Blora berjumlah 4 buah terdiri dari 2 ru mah sakit milik pemerintah dan 2 buah yang dikelola oleh swasta, tersebar di dua kecamatan. Sedangkan sarana kesehatan yang lain yaitu puskesmas/puskesmas pembantu (pustu) berjumlah 81 buah yang tersebar di semua kecamatan. Jumlah dokter lebih sedikit dibanding dengan jumlah puskesmas dan rumah sakit, yaitu 14 orang dokter spesialis dan 26 orang dokter umum serta 10 dokter gigi.


Jenis penyakit tertentu menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Blora yang paling banyak diderita penduduk adalah penyakit diare yang tercatat 3.469 kasus. Kesehatan balita merupakan salah satu indikator penting untuk melihat rawan tidaknya kesehatan masyarakat.


Kesadaran penduduk untuk melaksanakan imunisasi bagi balita agaknya mengalami penurunan untuk tahun ini. Hal tersebut terlihat dari jumlah bayi yang diimunisasi mengalami penurunan sebesar 8,14 persen untuk imunisasiBCG dan 26,25 persen untuk imunisasi tetanus. Kemudian bila dilihat dari masalah kebersihan, wilayah Kabupaten Blora dalam hal sampah produksinya mencapai 255 m3 per harinya, yang terdiri dari sampah organik sebesar 84,10 persen, kertas 4,1 persen dan plastik sebesar 8,55 persen. Hal ini bila tidak ditangani dengan serius akan mengakibatkan gangguan kesehatan.


D. Agama

Kerukunan antar umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sangat diharapkan masyarakat demi terwujudnya kedamaian. Beragam tempat peribadatan tumbuh secara berdampingan. Banyaknya tempat peribadatan di Kabupaten Blora mencapai 3.773 buah yang terdiri dari 98,43 persen tempat ibadah umat Islam, 0,92 persen untuk umat Kristen, 0,55 persen untuk umat Katholik dan sisanya untuk umat Hindu/Budha.



Profil Pertanian

A. Tanaman Bahan makanan dan Hortikultura

Mayoritas mata pencaharian penduduk Blora adalah bertani, utamanya pertanian tanaman pangan. Hal ini menjadikan kebupaten Blora sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Tengah. Padi sawah merupakan komoditas utama pertanian tanaman pangan. Walau masih melewati batas 300 ribu ton dalam bentuk GKG, namun produksi selama tiga tahun terakhir turun terus, untuk tahun ini turun sebesar 7,34 persen meski luas panen sudah naik sebesar 2,44% dari tahun sebelumnya.


Demikian juga untuk komoditas jagung yang selama ini merupakan komoditi alternatif di Kabupaten Blora. Untuk tahun ini ada penurunan produksi sebesar 35,33% sedang luas panennya turun sebesar 16,43%. Penurunan produksi ini disebabkan karena harga pupuk yang kurang menjangkau sehingga pemupukan berimbang tidak bisa diterapkan, adanya bencana kekeringan yang berakibat puso dibeberapa daerah, serta penggunaan benih berlabel rendah adalah penyebab lainnya.


Namun demikian hal ini tidak terjadi pada komoditas padi gogo yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan hingga 50,65 persen.


Produksi buah-buahan andalan Kabupaten Blora berdasarkan volume produksinya ternyata adalah nangka. Selama tahun 2002 mampu menghasilkan 44 ribu ton. Sedangkan produk lainnya seperti pisang menghasilkan 35 ribu ton dan selama tahun 2002 tercatat 18 ribu ton buah mangga berhasil dipanen.


Tanaman sayuran potensi Kabupaten Blora adalah Lombok dan penghasil utamanya berasal dari Kecamatan Jepon dan Bogorejo yang pada tahun 2002 mampu menghasilkan 9,5 ribu ton Lombok.


B. Perkebunan

Perkebunan yang ada di Kabupaten Blora hanya perkebunan rakyat. Luas dan produsinyapun tidak terlalu banyak. Tidak ada perkebunan besar yang dikelola negara ataupun swasta berbadan hukum di kabupaten ini.


Komoditas yang paling banyakdihasilkan adalah kelapa yang mampu menghasilkan 40 ribu ton selama tahun 2002. Komoditas lainnya juga cenderung berproduksi secara stabil, kecuali kapas yang mengalami penurunan sebesar 93,29 persen.


C. Peternakan

Dalam tingkat Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Blora merupakan kabupaten dengan jumlah ternak tergolong cukup besar, terutama untuk ternak sapi potong. Kualitas ternak, populasi maupun kekompakan kelompok peternak pernah pula dilombakan di tingkat nasional. Peningkatan populasi sapi potong Kabupaten Blora sekitar 3,22 persen hingga tahun 2002. Pada akhir tahun 2002 populasi sapi potong mencapai 202.567 ekor.


Ternak lain yang mempunyai populasi cukup banyak adalah ayam kampung yang berjumlah 1.872.000 ekor, mengalami kenaikan 32,92 persen dibanding dengan tahun lalu.


D. Perikanan

Tangkapan ikan tahun 2002 terbanyak berasal dari sungai sebanyak 253 ton, naik sebesar 0,50 persen dibandingkan dengan tahun 2001. Produk ikan yang relatif sedikit bila dibandingkan dengan daerah lain disebabkan wilayah Kabupaten Blora, air cukup sulit didapat.


E. Kehutanan

Sebanyak 49,66 persen luas wilayah Kabupaten Blora merupakan hutan yang sebagian besar dikategorikan sebagai hutan negara yang terbagi dalam tiga kesatuan administrasi yaitu KPH Cepu, KPH Randublantung serta KPH Blora. Produk utama adalah kayu jati glondong dengan kualitas yang sudah terkenal di Indonesia sebagai sangat baik. Produksi kayu jati bundar terbanyak berasal dari Kecamatan Randublatung yakni sebesar 35.310,000 m3 yang termasuk di wilayah Randublatung. Total produksi kayu jati bundar di Kabupaten Blora tahun 2002 sebesar 85.950,197 m3 atau turun sebesar 14,28 persen dari tahun sebelumnya.



Profil Industri, Listrik dan Air Bersih

A. Industri

Badan Pusat Statistik mendefinisikan bahwa yang tergolong sebagai industri besar adalah perusahaan pengolahan (manufaktur) yang beroperasi dengan tenaga kerja 100 orang atau lebih. Perusahaan industri dengan tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang dikategorikan sebagai industri sedang. Untuk industri kecil dan industri rumah tangga merupakan perusahaan industri dengan tenaga kerja 5-19 orang serta 1-4 orang.


Berdasarkan hasil survei Industri Besar Sedang yang dilaksanakan BPS tahun 2002, industri kayu, bambu, rotan dan sejenisnya termasuk perabotan rumah tangga mempunyai output tertinggi yang mencapai output sebesar 34,1 milyar rupiah. Urutan berikutnya adalah golongan industri makanan, minuman dan tembakau dengan nilai produksi sebesar 14,2 milyar rupiah.

Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Blora, jumlah industri rumah tangga yang ada di Kabupaten Blora pada tahun 2002 berjumlah 13.244 unit dengan tenaga kerja yang terserap sebanyak 29 ribu orang. Industri kecil berjumlah 640 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 4.086 orang.


B. Listrik

Sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di pedesaan serta dalam rangka meningkatkan pemerataan hasil-hasil pembangunan, pemerintah mengupayakan program listrik masuk desa. Kebutuhan listrik di Kabupaten Blora dipenuhi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pengembangan daya terpasang PLN dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hingga tahun 2002 ini sudah 100 persen desa/kelurahan terpasang listrik.


C. Air Bersih

Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia agar dapat hidup sehat. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, kebutuhan akan air juga meningkat. Penduduk Kabupaten Blora pada tahun 2002 telah mencapai 833.566 jiwa, sangat memerlukan air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Kebutuhan air bersih masyarakat Blora dilayani oleh PDAM. Meskipun baru delapan kecamatan yang dapat dialiri air bersih dari PDAM tetapi jumlah pelanggan naik 3,73 persen.



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Blora :


· Faktor Ekonomi

1. Akibat krisis ekonomi sejak tahun 1997 membawa pengaruh kepada perekonomian Kabupaten Blora pada saat itu, namun tahun 2001Kabupaten Blora memasuki pemulihan ekonomi dari keadaan kirisis yang ditandai dengan peningkatan laju pertumbuhan.


2. Kontribusi dari sektor-sektor PDRB (lihat hal 43) sangat nampak dan jelas mempengaruhi fluktuasi pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Blora.


3. Tingkat Inflasi. Tinggi rendah pencapaian tingkat inflasi dapat mempengaruhi pencapaian kinerja perekonomian daerah secara keseluruhan, hal itu berarti tingkat inflasi yang dapat terkendali memberi pengaruh pada pertumbuhan ekonomi.


· Faktor non Ekonomi


1. Faktor politik turut serta mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Hal itu nampak pada saat adanya pemilu tahun 2004, berbagai kalangan masyarakat berpartisipasi mengikuti kampanye partai politik. Namun, sesuai dengan harapan bahwa situasi keamanan dapat terkendali.


2. Faktor sosial. Berkaian dengan faktor demografis sekaligus dengan masalah tenaga kerja dan pengangguran. Kenyataan menunjukkan bahwa Kabupaten Blora sudah cukup berhasil menahan laju pertumbuhan penduduk, maka untuk mendukung pertumbuhan ekonomi upaya peningkatan sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting.


3. Faktor budaya. Konsumsi masyarakat Kabupaten Blora yang semakin tinggi menandakan bahwa daya beli masyarakat meningkat, sehingga akan menimbulkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Blora, tentu saja hal ini karena didukung oleh laju pertumbuhan penduduk yang baik.

Sumber: hasil wawancara yang diolah tahun 2005


Berdasarkan informasi diatas, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pemerintah daerah kabupaten blora:


1. Kabupaten Blora yang terletak di Jawa Tengah, perbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur ternyata memiliki kekayaan alam yang begitu potensial, tanahnya yang dapat di jadikan lokasi pertanian, gunung kapur, dan kandungan minyak buminya yang melimpah. Selain itu di Blora pun memiliki hutan jati yang sudah terkenal dengan pohon jatinya yang bagus. Amat sangat sayangnya jika itu semua tidak dimanfaatkan, tidak difasilitasi, dan tidak dikelola dengan baik.


Walaupun masyarakat disana mayoritas adalah petani, namun mereka sering kali harus mengalami gagal panen karena ketersediaan air yang kurang. Kabupaten Blora sering mengalami krisis air. Oleh karena itu sebaiknya pemerintah lebih banyak lagi menyediakan atau mengusahakan agar persediaan air di kabupaten tersebut cukup, terlebih untuk bidang pertaniannya. Dan akan lebih baik lagi jika disediakan sarana irigasi, agar pertanian dikabupaten tersebut berjalan dengan baik dengan demikian maka pendapatan masyarakat pun akan meningkat. Dengan meningkatnya pendapatan mayarakat juga akan mempengaruhi pendapatan daerah.


2. Peningkatan sarana kesehatan pun sangat penting, dengan menambah puskesmas, dokter dan perawat sepertinya akan lebih membantu peningkatan kualitas masyarakat. Tidak hanya dari segi kesehatan, segi pendidikan pun perlu ditingkatkan namun tetap dengan biaya yang standar dan kualitas yang baik, agar masyarakat di kabupaten Blora memiliki kualitas yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kualitas kabupatennya.


3. Meningkatkan efisien dan efektivitas penggunaan anggaran belanja pembangunan serta lebih bijaksana dalam memprioritaskan pembangunan daerahnya. Terutama diharapkan perhatian dari pemerintah daerah Kabupaten Blora untuk dapat memberikan sarana dan pasarana pada pembangunan jalan serta pembangunan sumber daya manusia yang lebih merata, sehingga hasil pembangunan dapat dinikmati masyarakat seluruhnya.


Sumber :

· Anonim. 10 Juni 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Blora


· Anonim. Peninjauan RTRW Kabupaten Blora. 10 Juni 2010. http://www.penataanruang.net/ta/Lapdul04/P3/RTRWwilteng/Bab5.pdf


· Setianingrum, Nugrahani. PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH BESERTA PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2000-2004 (SEKRIPSI). Semarang. 2005. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH3a8c.dir/doc.pdf

2 komentar:

  1. Hanya sekedar ralat, di Blora hanya terdapat 3 KPH, yakni Cepu, Blora dan Randublatung. Terimakasih

    BalasHapus